Neraca
perdagangan
atau neraca
ekspor-impor
adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada
periode tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku.[1]
Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor
lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Neraca
pedagangan seringkali dibagi berdasarkan sektor barang dan sektor
jasa.
Dalam
ilmu
ekonomi,
Inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.[1]
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI
dan GDP
Deflator.
Dalam
ekonomi
makro,
Resesi
atau Kemerosotan
adalah kondisi ketika produk
domestik bruto
(GDP) menurun atau ketika pertumbuhan
ekonomi
riil bernilai negatif selama dua kuartal
atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan
secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan
kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering
diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi),
atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi)
dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.
Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi
ekonomi.
Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah,
atau akibat hiperinflasi)
disebut kebangkrutan
ekonomi
(economy
collapse).
Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara
ini: "sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan
pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan."
Depresi
adalah
periode dimana kegiatan ekonomi sangat rendah dengan tingkat
pengangguran tinggi. yang
disebut sebagai depresi
ekonomi dapat
dikatakan sebagai titik terendah dalam sebuah siklus ekonomi. Hal ini
ditandai dengan kemampuan belanja masyarakat yang semakin menurun,
jumlah pengangguran yang sangat besar (lebih dari 50% dari jumlah
tenaga kerja yang tersedia), tingkat konsumsi yang semakin menurun
sehingga menimbulkan kelebihan suplai di pasar domestik, harga-harga
barang kebutuhan semakin berjatuhan, dan hilangnya kepercayaan
masyarakat akan masa depan. Dalam sejarah perekonomian modern, salah
satu depresi ekonomi terbesar yang pernah terjadi adalah pada periode
1930-1940 dimana pada saat itu ekonomi Amerika Serikat (AS) nyaris
berada dalam kehancuran total.
Dalam
ekonomi,
Deflasi
adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai
uang bertambah.[1]
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi.
Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang
beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan
menurunkan tingkat suku
bunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar